Into the Tartarus

mha-2

Kim Namjoon

700+ | Life, Psychology | 15

.

He has and still goes through the hell.

.

.

.

It was a lonely day.

Or maybe, all of his days were always lonely.

He once thought that that kind of thing was impossible.

Others also thought that it was impossible.

So, why did he stood in the middle of this emptiness,

and why did he chose to not run away?

.

.

Tak.

Pensilnya berhenti bergerak, satu senti tepat di atas permukaan kertas.

Kim Namjoon mengerutkan kening, membaca deretan kalimat yang mengalir keluar dari otaknya tanpa hambatan. Semua itu adalah perasaannya, pengalaman yang tertuang dalam bentuk untaian kata. Apa yang ia tulis merupakan fakta, hal yang sudah terjadi di masa lampau.

Lantas, mengapa butiran air yang terasa panas itu menggumpal di sudut matanya?

.

.

But today is not the end.

Tomorrow will come,

and once again, again and again,

those loneliness will caught him in her hands.

.

.

Mungkin, ini karena Namjoon tahu bahwa hal yang sama akan terulang besok.

Ia tahu dengan pasti, ia bahkan menyambutnya setiap pagi. Kesepian adalah perkara terbesar dalam hidupnya, kata pertama yang muncul di otaknya setiap kali ia terbangun karena bunyi alarm yang penuh semangat. Ironis bukan, bagaimana jam mungil yang terletak hanya beberapa inci dari kasurnya tidak bisa menyalurkan keriangan itu pada dirinya?

Atau barangkali, memang Namjoon sajalah yang sudah terlalu tenggelam dalam kesepian.

Dalam kesendirian, dalam kehampaan hati serta kekosongan kelam pada ruang-ruang pikirnya.

Karena ia adalah tawanan, narapidana yang terjebak dalam jeruji penjara buatannya sendiri.

.

.

Sometimes he wants to scream,

Other times he wants to punch them in their face.

“We’re here!” they said.

“So why did you feel lonely?”

.

.

Kesepian adalah hal yang mustahil.

Itu kata beberapa rekan kerjanya, juga kata orang-orang yang tidak sengaja mendengar keluhannya. Mereka yang akan tertawa, lantas menepuk dada atau merangkul Namjoon dengan sok akrab seraya berkata, “Hei, ada kami di sini! Kau kan, bisa berbicara dengan kami!”

Oh, Namjoon menghargai itu, sungguh.

Ia menghargainya, karena setidaknya mereka masih lebih baik dibandingkan orang yang berkata:

“Kau merasa sendirian di zaman seperti ini? Ayolah! Memangnya kau hidup di tengah gurun dan berkawankan kambing? Yang benar saja! Jangan melebih-lebihkan! Apa sih, susahnya mengajak orang bicara dan belajar menikmati hidup?”

Kalau sudah begitu, Namjoon hanya bisa tersenyum pahit.

Mengepalkan tangan, berjalan secepat tungkainya bisa bergerak.

Menyembunyikan diri di pojok kamar, kembali dengan kertas-kertas kusam yang penuh dengan coretan.

Saran itu toh tidak berguna untuknya.

Tidak akan berguna, karena dia tidak cukup berarti untuk bisa hidup layaknya manusia normal.

Lebih baik dia benar-benar berkawan dengan kambing saja, kan?

.

.

He feels lonely

because the edge of the cliff is unreachable

He feels lonely

because he is already trapped down here

And he feels lonely

because everybody think that he can just climb back

.

.

Sayangnya, Namjoon tidak bisa.

Sembari meremas kertas di tangannya dan melemparnya sembarang arah, ia mendesah panjang. Menulis memang membantu, meredakan sedikit sakit hatinya serta memberinya pekerjaan untuk dilakukan. Sebuah pengalih perhatian, begitulah Namjoon menyebutnya, apa pun agar ia tidak menyadari bahwa dirinya sedang terjebak.

Karena di bawah sini, ia selalu sendirian.

Tidak ada orang waras yang mau meloncat turun dengan sukarela, tidak ada orang yang mau mendengar seberapa mengerikannya kondisi di dasar jurang. Rasanya bagai dilempar ke dalam Tartarus—bagian terdalam dan tergelap di Dunia Bawah. Tempat di mana semua mimpi burukmu berasal, tempat yang mengizinkan ketakutan, keputusasaan, kesendirian, kehampaan, hingga rasa bersalah untuk memiliki wujud fisik. Merekalah teman-teman Namjoon selama ini, yang tidak bisa diajak berbicara namun enggan beranjak dari sisinya.

.

.

Have you ever fall into the pit of Tartarus?

Have you ever fall into a chasm,

so dark that you can’t see the light anymore?

Because he has and he keeps falling.

But people think that he’s joking.

.

.

Namjoon tidak lagi menulis baris-baris terakhir itu dalam kertas kumalnya.

Ia hanya membatinnya, seraya lamat-lamat melirik keluar dari jendela kamarnya.

Berharap agar orang-orang yang tengah mencemoohnya dapat mendengar, berharap ia punya cukup keberanian untuk menantang mereka dan melontarkan tanya keji itu tanpa basa-basi. Namjoon ingin sekali melihat tawa mereka lesap, ingin sekali menyatakan bahwa ia jauh lebih hebat dari mereka.

Karena ia telah jatuh berulang-ulang.

Dan karena ia masih mencoba untuk bertahan di dalam luka-luka kesendiriannya.

.

.

So, have you ever fall into the pit of Tartarus?

Because if you haven’t,

what right do you have

to laugh over him

who has and still goes through the hell?

.

.

fin.

.

.

No one sane want to fall into the pit of depression, and no one want to feel that kind of feeling voluntarily.

Yet, some people can be that rude and easily said: “what’s so difficult? what kind of loneliness? you’re not alone in this world!”

Sure thing, depression isn’t something visible to naked eyes…. but….

if you can help rather than make them feel more down, why not? ❤

13 thoughts on “Into the Tartarus

  1. Aduh~ kenapa aku jd ikut sedih ya… Papi Njoon cini² aku peluk… /PLAK!/

    Wah… Kak keren kata²nya aku suka… Aku juga setuju sama notenya kakak yg di akhir cerita… Emang ga da yg mau dengan sukarela ikut depresi, tp setidaknya kita bisa membantu mereka supaya tidak merasakan hal yang lebih dari itu… 😇 /alah gaya/

    Oke, ditunggu FF selanjutnya kak 💞😊👍

    Like

  2. Sedih saat Namjoon bilang keceriaan alarm tidak bisa menularinya. Apalagi saat mereka bilang gini, “Kau merasa sendirian di zaman seperti ini? Ayolah! Memangnya kau hidup di tengah gurun dan berkawankan kambing? Yang benar saja! Jangan melebih-lebihkan! Apa sih, susahnya mengajak orang bicara dan belajar menikmati hidup?”
    Memang, ya, terkadang masalah orang lain terlihat sepele, tapi tidak untuk si pemilik masalah..
    Semangat, Kak! ^^)9

    Like

  3. Kenapa telat bacanya ㅠㅠ
    Ini relatable ke aku, huhu~ Mau nangis bacanya sumpah… Orang2 yg tidak pernah tau, cuma beranggapan sok tahu dan berpikir kalau kesepian cuma hal sepele… Heu, ini bener2… Out of words! Udah ah, nanti makin mewek trus malah curhat :””
    Nisseu fic kak!

    Like

    • ini juga relatable karena aku pernah liat langsung orang2 yg nyebelin macam gitu, yang mikir kesepian tuh nggak mungkin dan cuma lebay krn dia sendiri hidupnya baik2 aja…..

      makasih ratih! semangat juga buat kamu yaaa! *peluk* *kasih tisu*

      Like

  4. Ehm okay, to start off, kenalan dulu deh ya hehe aku yasha 99liner. Ini fict pertama yg kubaca di sini dan aku memutuskan utk meninggalkan jejak dulu di sini. Ini kok relate bgt ya hmm kim namjoon, i can feel you. Emang something strange sih kalo dipikir2, to feel lonely in the world full of people. But idk why the loneliness keep coming hmm. Dan yah, orang yg sok tau dan ngejudge itu jahat banget! Dia pikir kesepian itu lebay dan harusnya orang yg kesepian itu bisa ngilangin rasa kesepian dgn mudahnya, but hell, kalo bisa ya udh diilangin, but it’s hard. Btw, ini terinspirasi dr kisah kakak sendiri kah? Karena kalo iya, cheers! I feel it too hehe.
    Hmm okay, that’s it. Aku mau lanjut explore blog ini. Keep writing and stay strong, just know that you’re not alone feeling that way:)

    Like

    • Halo yasha, salam kenal juga dan makasih ya udah mendarat ke sini!

      Yap, sebenarnya memang aneh kalau dipikir apa dinalar, tapi kan nggak semuanya itu bisa diselesaikan apa dipahami dengan otak aja sih… dan soal bagian di-judge ini, bisa dibilang kisah nyata karena aku ngelihat sendiri orang yang ngejudge itu ngata-ngatain orang yang curhat dia kesepian dan itu di sosial media jadi……

      But yes, sebagian dari ini memang kisahku sendiri sih.. jadi bisa dibilang lega juga habis selesai nulis ini :”

      Anyway, thank you yasha! Keep strong to you too! ❤

      Like

  5. sooooooooo relatable :”
    menulis memang membantu sedikit meredakan hmmmmmm
    sebuah pengalih perhatian HMMMMMMMM
    sedih baca ini karena aku juga ngerasain
    dan ujungnya cuma bisa ketawa garing doang nanggepinnya :”

    duh aku jadi ingin ikutan bikin tulisan macem ini :”
    aku sebarin campaign ini ke temen2ku yg suka nulis juga gapapa kan ya Kak? :”)
    aku kok ingin ngajakin pada bikin tulisan cem ini :””

    Like

    • waktu nulis ini aku juga sambil ketawa pahit sih.. ha ha ha ._.

      yep silakaaaan! sebenernya aku juga bermaksud untuk campaign kecil2an tentang ini, tapi susah kadang cari orang yang mau nulis topik seberat ini hiks
      kalau nanti kamu atau temen2mu ada yang bikin, jangan lupa kirim link ke aku yaa! makasih yasmin! ❤

      Liked by 1 person

Leave a comment