Superbia, In Absentia

Kim Namjoon

2300+ words | Seven Sins!AU, Life, Dark, slight!Gore | 17

.

“Tell me again human, since when saint have so much pride in her heart?”

.

.

.

Bisik-bisik terdengar di seluruh penjuru kastil kala sosok itu berjalan melalui koridor-koridornya.

Ini mungkin bukan kali pertama bagi sosok tersebut untuk mengunjungi kediaman pemimpinnya. Bagaimanapun juga, kastil ini adalah tempat bagi seluruh perwujudan dosa besar untuk melakukan pertemuan rutin mereka. Sayang, kerap berkunjung bukan berarti ia akan menerima sambutan atau sapaan ramah. Seluruh penghuni kastil—baik itu pelayan, pengawal, serta para iblis pekerja—malah memilih untuk mengalihkan pandang dan lekas melanjutkan tugas-tugas mereka. Tak berani untuk bertanya, lantaran tak ada satu pun dari mereka yang mau dituduh sok ikut campur dan terpaksa menerima hukuman.

“Apakah dia ada di dalam?”

Si pengawal yang berdiri di samping pintu kamar tuannya bergidik, mengangkat kepalanya perlahan dan berusaha untuk tak terbata-bata. “Ya. Tapi….”

“Tapi?!”

Sekali lagi, si pengawal berusaha untuk tak berjengit kaget atau terlonjak. “Tuan Pride meminta saya untuk menolak semua kunjungan karena—“

“Ia tidak akan menolakku.”

Mengabaikan si pengawal yang masih mencoba untuk menjelaskan, sosok tersebut langsung menendang pintu kayu di hadapannya hingga terbuka. Decak sebal terdengar kemudian, diikuti dengusan selagi si pengawal meratap ketakutan. Terlampau ngeri akan hukuman yang nanti akan diberikan tuannya, tapi juga tak berani melawan sosok berpakaian serba hitam serta bermanik merah di hadapannya.

Having fun with your favorite girl, Kim Namjoon?”

“Park fucking Jimin.”

Hello to you too.” Yang dipanggil Jimin mengangkat dagu, mendengus seraya mengarahkan tatap tajam pada ranjang tempat Namjoon berada. Seorang gadis berbaring di sampingnya, dan Namjoon lekas bergerak menarik gadis itu makin dekat dengannya. Geraman menyeruak dari kerongkongan, sementara Jimin hanya terkekeh-kekeh mendengarnya.

Berbeda dengan mereka semua yang memiliki sayap hitam, gadis itu tampak seperti manusia biasa. Namun, manusia biasa tak akan mungkin berada di istana para iblis. Gadis di sisi Namjoon itu adalah pengecualian, sesosok makhluk yang telah dicampakkan dari langit dan menjadi milik sang pemimpin dosa. The castaway one, begitu para dosa menyebutnya, meski Namjoon lebih suka memanggil gadisnya dengan embel-embel “my angel”.

Huh, mengingatnya saja membuat Jimin bergidik mual.

I’m a bit busy here, Wrath.”

“I can see that myself, thank you.” Jimin membalas sarkastis, memutar bola mata saat ia melihat selimut bercorak ungu tua yang membalut tubuh sang gadis.

Mengikuti arah pandang Jimin, Namjoon kembali menggeram dan mendorong tubuhnya hingga terduduk. Sebelah tangan menyambar kemeja yang terlipat di nakas, melemparnya ke arah si gadis dengan satu perintah singkat, “Pakai itu. Dan kembali ke kamarmu.” Jeda singkat, digunakan Namjoon untuk meraih celana panjang dan mengenakannya. “Dan kau, Park Jimin, jangan berani-beraninya—“

I keep my hand for my sister only, you bastard.” Jimin membalas tanpa menunggu Namjoon selesai berkata-kata, tampak tersinggung dengan tuduhan Namjoon. “I’m not a goddamn Lust, okay?” Ia mengibaskan sebelah tangan ke arah pintu yang menyambungkan kamar Namjoon dan gadis itu, menunggu sampai mereka hanya berdua saja. “I just can’t understand you both. The mighty Pride and the castaway one.”

“So?”

Jimin mengedikkan bahu. “Nothing. Just can’t understand. Not my business though.”

“Kau repot-repot kemari hanya untuk mengatakan itu?”

“Aku kemari untuk mengingatkanmu akan tugasmu.” Kedua tangan Jimin berpindah ke saku celana. “Untuk kali ini, kurasa kau harus mengurusnya secara langsung alih-alih memerintah anak buahmu. Manusia yang kutemukan ini cukup… menarik.”

“Aku tidak tertarik jika masalahnya terlalu sepele.” Namjoon menyedekapkan lengan, melipat sepasang sayap kelamnya selagi ia melangkah ke meja kayu tempat persediaan wine dan vodka-nya berada. Sang Pride memilih vodka, menenggaknya langsung dari botol sebelum melanjutkan, “Kecuali jika ini menyangkut perseteruan dengan si Humility….”

“Seorang anak manusia, yang umurnya bahkan belum mencapai delapan belas, menganggap keberadaanmu sebagai sebuah gangguan,” ucap Jimin langsung, sudah terlampau kesal untuk berbasa-basi. “Dia menyatakan bahwa dirinya adalah pengikut setia Humility, tapi dia berbangga untuk itu. You sure it doesn’t bother you?”

Jemari Namjoon yang memegang leher botol berkedut, namun ia sama sekali tak membalas. Harga dirinya berbicara, menghalangi Namjoon untuk menunjukkan amarahnya. Namun, agaknya Namjoon lupa bahwa ia tengah berhadapan dengan Wrath—si perwujudan dari amarah itu sendiri. Jimin dapat membacanya sejelas buku yang terbuka, dan bohong kalau Namjoon tidak terkejut kala api membara itu menyambar mulut botol yang dipegangnya.

“What the fuck?!

Protect your pride if you are truly our mighty Pride. Humility will be so happy if you don’t take any action.” Jimin memasang senyum miring, mengangkat sebelah tangan sebagai sapaan perpisahan. Tungkainya berputar cepat, diiringi sayap hitam yang terkembang. “Or… are you afraid to confront it yourself, Pride?

Gelak tawa membahana Jimin terdengar di sepanjang koridor, sementara Namjoon membanting botol vodka-nya hingga pecah berkeping-keping dan mengejutkan para pelayan yang berdiri di koridor. Emosi berkobar, bercampur dengan keinginan untuk melindungi harga dirinya yang baru saja terinjak-injak dan tercabik-cabik.

“I fucking hate you, Park Jimin!!”

.

-o-

.

Maka, di sinilah Namjoon berada.

Ia bukannya hendak menuruti kata-kata Jimin begitu saja, pun merasa takut dengan si pemuda Wrath yang bisa membakar habis istananya kapan saja. Tidak, ia adalah Pride, si harga diri dan kesombongan, dan itu artinya dia tak menuruti perintah siapa pun. Ia hanya penasaran, ingin tahu soal si manusia yang katanya telah mencemooh serta merendahkan dirinya.

Seraya duduk bersila di atas sebuah batu besar, Namjoon menujukan tatap sinisnya pada seorang siswi SMA yang tengah menggerutu di sampingnya. Setiap kata yang dilontarkan gadis itu membuat emosinya terpancing, menghadirkan kilat ungu tua penuh kemurkaan di iris gelapnya. Hah, andai saja gadis ini tahu bahwa ia tengah duduk di sebelah Pride, pasti ia sudah menutup mulutnya rapat-rapat lantas menerjunkan diri ke laut sana.

Ck, mereka pasti akan memamerkan semua foto-foto itu lagi!”

Omelan si anak manusia masih berlanjut. Namjoon mengalihkan pandangnya sejenak, melihat siswa-siswi lainnya yang tengah asyik tertawa dan berpose di pantai, mengambil foto, dan mengomentari hasilnya. Beberapa malah langsung mengunggahnya ke media sosial, menuliskan caption yang menggambarkan rasa senang mereka karena bisa terbebas dari kegiatan belajar-mengajar.

Ya, Namjoon bisa mendeteksi adanya kesombongan di sana. Keinginan untuk memamerkan tempat-tempat yang mereka kunjungi, juga kebanggaan yang akan mewujud saat orang lain menyukai foto-foto mereka. Murid-murid itu, tak ubahnya seperti manusia-manusia di muka bumi, adalah pengikut setianya. Mereka mengakui adanya keinginan untuk dihargai, mereka mendamba sekelumit kesenangan yang hadir saat orang lain melontarkan sebaris pujian.

Dan apakah itu salah?

“Ibu benar, teman-temanku memang hobi bersikap sombong. Tidak bisakah mereka menyimpan rasa senang itu sendiri? Untuk apa sih, pamer ke orang lain segala?”

Tidak, itu tidak salah. Namjoon menjawab pertanyaannya sendiri dalam bungkam. Aku adalah salah satu alasan di balik kebahagiaan para manusia ini. Apa artinya hidup mereka tanpa kehadiranku?

Apa artinya hidupmu tanpa kehadiranku, gadis bodoh?

“Setidaknya, aku lebih baik dibandingkan mereka.”

Kalimat itu menutup ocehan si gadis, kontras dengan kepalanya yang masih dipenuhi kata-kata yang membuat Namjoon muak. Aku tidak perlu pamer seperti mereka. Bersikap rendah hati jauh lebih terhormat. Aku tidak ingin membuat mereka yang tidak mampu di luar sana merasa kesal kepadaku. Aku tidak butuh tukang pamer seperti mereka untuk menjadi temanku.

Cih, munafik.

Kalau saja ia tidak memiliki ide yang lebih menarik, barangkali Namjoon akan langsung menampakkan diri dan mencekik si gadis dengan tangannya sendiri. Sayang, rencana pembalasan itu sudah keburu terbentuk di otaknya. Lagi pula, bukan Pride namanya kalau ia sampai melewatkan kesempatan untuk membuat… ah, insiden-insiden dramatis terjadi.

Just you wait, you little bitch.” Namjoon bangkit berdiri sekarang, memindai benak gadis itu untuk kali terakhir. Ada sedikit bibit iri dan amarah di sana, namun kedua emosi tersebut tak sebanding dengan aura ungu tua yang melingkupi. Aura yang sudah Namjoon kenal dengan amat baik, yang akan ia manfaatkan sebaik mungkin untuk menghadirkan sebuah petaka.

Tell me again human, since when saint have so much pride in her heart?”

.

-o-

.

Make a plan for me.”

Tidak ada yang menjawab.

Ketujuh perwujudan dosa lainnya terlampau sibuk dengan diri mereka masing-masing, semua kecuali Yoongi duduk tepat di sampingnya. Well, atau setidaknya, sang Sloth mendengarkan meski reponsnya hanyalah menatap malas dan menguap.

“Kalian meremehkanku?!”

Greed dan Envy berhenti berdebat, kompak berlagak pura-pura memerhatikan. Lust juga langsung menoleh dari kesibukannya menggoda pelayan wanita, sementara Gluttony menjungkitkan alis seraya menancapkan garpu pada potongan steak di piring Sloth. Atensi kelimanya tertuju pada sang pemimpin, semata-mata karena mereka terlalu malas menyaksikan pertengkaran di tengah jam makan malam.

Semua kecuali si kembar Wrath.

“Oy, Wrath!” Tangan Namjoon menyambar pisau, melemparkannya ke ujung meja yang lain. “I’m talking to you two—“

“Do you want to challenge us again, Kim Namjoon?!”

Jimin balik berteriak, menangkap pisau yang dilempar Namjoon tanpa perlu bersusah-payah dan menancapkan bilahnya pada permukaan meja. Iris pemuda itu berubah semerah darah, tanda bahwa ia siap untuk bertarung kapan saja. Di pangkuannya, sang saudari yang sedang asyik menyesap cocktail ikut mendongak. Menilai situasi sejenak, selagi irisnya lamat-lamat berubah menyerupai milik kakaknya.

“What do you want, Pride?” Minha bergerak turun dari pangkuan Jimin, menghantamkan gelas cocktail-nya ke meja hingga hancur berkeping-keping. Sang gadis Wrath menelengkan kepalanya, mencoba untuk membaca isi hati Namjoon. “You should learn to say ‘please’ if you want our help.”

“I am your leader.”

“And we are stronger than you.” Jimin balik menyalak, menarik Minha ke sisinya. “Kau mengganggu waktu bersenang-senang kami.”

“Meja makan bukan tempat untuk bersenang-senang! Kalian punya kursi sendiri-sendiri, kan?!”

“Lalu kami harus diam saja sementara menunggu kalian selesai makan, begitu?” Jimin ikut menggebrakkan tangannya ke meja, menggetarkan piring-piring dan peralatan makan yang ada. “You guys are fucking slow.

Maybe we should slow down a little.”

Aura kebiruan menyeruak, menyelubungi baik si kembar Wrath maupun Pride. Sloth sudah ikut berdiri, menyebarkan kekuatannya ke seluruh penjuru ruangan. Teriakan-teriakan berhenti terlontar, digantikan dengan deru napas yang menggema. Namjoon kembali menyandarkan punggungnya pada kursi, ketegangan menguap dari figurnya. Namun, berkebalikan dengan Pride, Jimin dan Minha tetap mempertahankan pose defensif mereka. Amarah masih begitu terasa di sana, walaupun keduanya kini tampak malas untuk melanjutkan argumen mereka.

Fine, we will help.”

Namjoon mendongak cepat, memberikan isyarat pada Yoongi untuk menghilangkan pengaruhnya. Sang pemimpin melipat kedua lengannya di atas meja, mencondongkan tubuh sebelum berkata, “Make it big and grand one. Make it so that everyone won’t forget about it.”

“No one beat my sister in terms of making a gruesome and bloody plan for revenge.” Jimin tertawa dengan nada dingin, seolah tak percaya harus mendengar kata-kata itu dari mulut Namjoon. “Don’t underestimate her.”

“Okay, fine, just make the plan and do it fast—“

Don’t worry about that.” Jimin mengulurkan lengannya pada Minha, yang langsung mengerti dan menerima ajakan itu dengan senang hati. Senyum licik kembali ke wajah mereka, menghapus semua amarah selagi keduanya melangkah keluar dari ruang makan. “We’ll see you in three days then.”

“What?!!”

.

-o-

.

“Tidak ada salahnya kan, menunggu tiga hari?”

Namjoon mendesis, tetapi memilih untuk tidak berkomentar selagi ia menyaksikan skenario buatan si kembar menjadi nyata. Hah, padahal dia tahu benar jika Jimin dan Minha memanfaatkan tiga hari itu untuk berlibur dan berjalan-jalan di dunia manusia. Tiga hari untuk menyempurnakan rencana apanya?! Minha bisa menghasilkan rencana pembalasan dendam terkeji dalam hitungan menit semata. Namjoon tidak akan semudah itu dibodohi, namun ia malas berdebat karena fokusnya saat ini tengah tertuju pada ekspresi kesombongan yang terpahat di rupa si gadis manusia.

Kesombongan yang bahkan belum mau ia akui hingga sekarang.

Tapi, Namjoon tak lagi mempermasalahkannya.

Tidak masalah jika gadis idiot itu menolak keberadaannya. Pada akhirnya, Namjoon toh tetap menang. Pengaruhnya terlalu kuat, menguasai dan menuntun hati si gadis untuk melakukan sesuatu yang hanya bisa diperbuat manusia sok suci sepertinya. Sesuatu yang tak akan termaafkan, yang tak akan terlupakan, yang selamanya akan dikecam oleh langit dan bumi.

Namjoon meminta gadis itu untuk menghakimi para pengikut Pride.

“Kau benci melihat senyum mereka, bukan? Benci melihat tangan-tangan yang terlalu sering digunakan untuk memamerkan diri itu?”

Perintah Minha terdengar, meluncur dalam bisikan bernada rendah. Sayap gadis itu terbentang lebar, sinar merah tua menyelubungi dirinya yang tengah merasuki jiwa si anak manusia. Jimin berada di sampingnya, menyemangati seraya terbahak-bahak kendati cairan merah pekat itu tengah menciprati keduanya. Namjoon mengamati dengan perasaan bangga, harga dirinya menggelembung lantaran penyebab dari segala kekacauan ini adalah dirinya.

“Dulu kau merasa begitu bangga dengan kerendahan hatimu.” Suara Namjoon kini terdengar, selagi teriakan pilu yang menyayat hati dan mendirikan bulu kuduk itu menggema di dalam gudang tua yang berbau apak dan anyir. “Superbia, in absentia? How ironic. Kau hanya berlagak untuk membersihkan dunia, agar kau bisa menguasai dan memamerkan kerendahan hatimu itu nantinya.”

“Lihat, si pendosa itu sudah tak bisa pamer sekarang,” lanjut Minha, tatapnya bergulir sejemang pada sosok manusia lainnya yang ia sebut si pendosa. Rambut pirang kecokelatan itu tak lagi mulus tergerai, tenggelam dan ternoda oleh warna favorit Wrath. Pupilnya membeliak, ditemani oleh senyum lebar yang akan terukir untuk keabadian. “Well… makhluk kotor dan tak berguna seperti ini lebih baik dihabisi saja, benar?”

“Lakukan. Prove it that you are much more powerful than this filthy bitch. Prove it—“ Jeda beberapa detik, selagi Namjoon membiarkan Jimin mengendalikan tangan si manusia, membawanya ke titik final. “Prove it, that you are indeed, my faithful servant.”

Jeritan lagi, diikuti senyap.

Sebuah pisau tertanam, menghentikan jantung yang berusaha untuk bertahan.

Napas terengah-engah, dan senyum puas terpeta di bibir mereka semua.

Satu jatuh, satu dikorbankan.

Tapi, satu saja tak akan cukup untuk menimbulkan kekacauan.

.

-o-

.

SEOUL (Naver) — Pelaku pembunuhan berantai yang telah meresahkan warga Seoul selama enam bulan terakhir ini berhasil diamankan. Nona Kang (17) ditangkap di kediamannya pada pukul 22.37 KST semalam. Barang bukti serta senjata pembunuhan juga berhasil ditemukan di salah satu tas sekolah milik pelaku. Penangkapan ini dilakukan atas dasar informasi salah satu tetangga Nona Kang yang tidak sengaja melihatnya dalam pakaian bernoda darah. Pelaku diduga baru saja melakukan aksinya lagi, sehingga diperkirakan bahwa total korban akan bertambah menjadi enam belas orang.

Kasus pembunuhan berantai yang dilakukan Nona Kang telah menjadi topik pembicaraan hangat selama enam bulan terakhir dan disebut-sebut sebagai salah satu sejarah kelam negeri ini. Nona Kang tidak hanya menghabisi korbannya saja, melainkan juga memotong kedua tangan mereka dan menyayat pipi korban membentuk sebuah senyuman lebar. Tidak hanya itu, ponsel korban pun selalu ditemukan tepat di samping jasad mereka—semua dengan layar yang menampilkan halaman media sosial korban, lengkap dengan foto jasad korban pasca-mutilasi yang telah diunggah oleh pelaku.

Motif pembunuhan belum diketahui secara pasti. Detektif dari Kepolisian Pusat Kota Seoul menduga bahwa pembunuhan keji ini didasari oleh rasa dendam Nona Kang akibat dikucilkan dari pergaulan. Meskipun demikian, berdasarkan rekaman media di depan kantor Kepolisian Pusat semalam, Nona Kang telah menyatakan bahwa ia “membunuh untuk melenyapkan para pendosa dan menyucikan dunia”.

.

See comments (35.972 comments; 97 new comments)

.

.

.

fin.

.

Seven Sins!AU Trivia

Profile

Pride

  • Cast by: Kim Namjoon
  • Latin name: Superbia
  • Color: Violet
  • Counterpart: Humility
  • Short profile: The leader of the Seven Sins. The second most powerful one, and hate to admit that Wrath is much more powerful than him. Despite his own prideful attitude, he lead them well since he already sweared to protect the Seven Sins’ pride.

Wrath

  • Cast by: Park Jimin, Park Minha
  • Latin name: Ira
  • Color: Red
  • Counterpart: Patience
  • Short profile: The most powerful one. Wrath is the only sin that’s represented by two people, mainly because of the nature of the wrath itself: it is the most basic thing in every sins. The fiery, impatient, and impulsive part of anger is represented by Jimin; while the seething hate, vengeful, and gruesome part belong to Minha.

Envy

  • Cast by: Kim Taehyung
  • Latin name: Invidia
  • Color: Green
  • Counterpart: Kindness
  • Short profile: Despite his childish attitude, Envy is the third powerful one in the Seven Sins kingdom. He can be loud and always seems to envy whatever Greed’s current achievement is, hence they argue a lot. At the same time, Envy can be very calm while planning how to take his enemy down.

Greed

  • Cast by: Jeon Jungkook
  • Latin name: Avaritia
  • Color: Yellow
  • Counterpart: Charity
  • Short profile: The multi-talented one who will do anything to achieve what he wants. Like Envy, Greed is quite childish and always showing-off his achievements to the other sins. However, aside their constant arguments, Greed is the closest one with Envy and they often work together as partner-in-crime.

Sloth

  • Cast by: Min Yoongi
  • Latin name: Acedia
  • Color: Blue
  • Counterpart: Diligence
  • Short profile: The most quiet one, as well as the one who always step up to stop any arguments. Sloth likes silence and prefer to be alone for most of the time. Yet, he also done his job as effective and efficient as possible since he never wants to spare too much time at human world and prefer to rest and cuddle with his bed instead.

Lust

  • Cast by: Jung Hoseok
  • Latin name: Luxuria
  • Color: Dark orange
  • Counterpart: Chastity
  • Short profile: Like Greed, Lust will do anything to get what he wants. He is the best at manipulating people, mainly by flirting and seducing them to obey his command. Lust likes to hangout and partying a lot, so the other sins (except for Pride, Wrath, and Sloth) sometimes asks for his “help” when they want to have fun.

Gluttony

  • Cast by: Kim Seokjin
  • Latin name: Gula
  • Color: Brown
  • Counterpart: Temperance
  • Short profile: Gluttony is the only sins who doesn’t get angry easily. He is the most approachable one, and he uses that fact to tempts human just like how Lust seduces them. Just like Greed and Envy, Gluttony is close to Lust and often work together to make a fun-and-memorable chaos in human world.

.

Playlist

So, I decide to make a playlist for Seven Sins!AU. The main theme for this AU is Live Like Legends and Boys Meet Evil. Also, for this part, the soundtrack will be Believer from Imagine Dragons. If you want to listen, I already compiled it into a Youtube playlist here (you might want to open it via PC since some songs aren’t available on cellphone):

.

And last but not least:

  • Superbia, In Absentia can be translated as “if Pride doesn’t exist”, which basically is impossible.
  • I kinda want to introduce the other sins and what happened when they together so… yeah.
  • More about why Wrath is the most powerful and important in this series later (yes, there will be second piece for our twins).
  • Next one will be either Sloth or Gluttony. And I will introduce some new project when I have time since my skripsi is already done and I only need to study for the exam. Please wish me luck!!

.

.

6 thoughts on “Superbia, In Absentia

  1. Ahay great..!

    Kinda funny liat namjoon ama jimin tuker2an curse word… Bikin ngakak 😂😂 Belum lagi pas makan malam, untung sloth angkat bicara ya, ternyata dia bisa berpengaruh(?) juga /plak #edisi_nunggu_sloth_kerja
    This fic… Idk, but it’s relate to my daily life (?) Aku tipe nya nona Kang gitu, ga suka upload2 banyak foto di medsos tapi kasusnya beda sih.. Bukan karena pengen merendah tapi emang beneran males aja 😂😂 /ga penting/ Aku pribadi juga kadang kena pengaruh si pride, suka pamer… But, not always…
    Aku kira bakal ada bunuh2an(?) yg keliatan jelas gitu pas liat ada genre gore tapi masih implisit gitu ya kak… Gapapa, selama ada darah2 muncrat, aku senang(?)

    Oke karena ada sedikit profil dari seven sins!au ini, jadi pengen komentarin satu2 ehehe
    Namjoon yg notabene pride tapi masih kalah ama duo-wrath… 😂😂😂 Kasian amat, gelar bangganya jadi berkurang /plak
    There will be another series for the twins? Looking forward!
    Envy-Greed aka vkook aka maknae yg masih childish wkwkwk.. Walau keliatannnya ucul2 gitu tapi serem ya aslinya, envy peringkat tiga terkuat lagi… 😂
    “…Yet, he also done his job as effective and efficient as possible since he never wants to spare too much time at human world and prefer to rest and cuddle with his bed instead.” Sloth panutanQ :))
    Lust-Gluttony udah ya jadi yg paling baek aja…

    Ah, I see castaway… Tell me if I’m wrong, apa fic ini semakin ke belakang(?) semakin banyak adegan rated nya??? 😂😂😂 ((lalu disuruh pulang karena belum cukup umur)) ((padahal udah 17th umur Korea))

    Ada projek baru…? Hm kepo nih kepo wkwk… Semangat buat ujiannya kak! ^^)99

    Like

    • Habis di sini sloth males kalo cursingnya pake teriak2, bikin capek, jadi dia dipendem aja wkwk

      Harusnya minggu ini aku post sloth tapi akunya juga kena virus sloth jadi belom dilanjutin hehe /plak

      Sebenernya aku sendiri tipe yg bergantung mood, kadang sukaaaa banget update kadang maleees banget haha, bedanya sih nona kang ini menyamaratakan semuanya, nganggep semua yg hobi post itu pasti pamer dan dia gamau kemakan pride-nya dia… padahal mah aslinya dia lebih prideful dari temen2nya…
      Dan imo, suka pamer kalau nggak berlebihan itu juga penting buat kebahagiaan sama kewarasan kita sih hehe 😂😂

      Wkwk makanya itu ditulis implisit soalnya aku gabisa buat yg amat detail (kalo bayangin bisa ditulisnya mual ._.) Wah kamu seneng darah muncrat…. ayo gabung sama wrath!! /salah

      Yep there will be another series for the twins as well as last series… jadi ini urutannya sloth – gluttony – greed lalu wrath untuk final piece yg rusuh (?)

      Lalu untuk masalah castaway, ini sebenernya krn seven sins itu au yg kubuat sama temenku aka nana couplenya kim namjoon sih hahaha, jadi dia ini semacam jiwa yg terbuang dari langit lalu diambil sama namjoon (?) Tapi aku gabakal nulis adegan ratednya kok tenang (???)

      Project barunya bakal aku kasih teaser di ig lagi dulu kali ya kaya e-alpha dulu, sesegera mungkin deh kalo ga sibuk hehe /lalu langsung otw ig/
      Makasih banyak ya ratih!! ♡♡

      Like

  2. AKHIRNYA PROFIL MEREKA DIPUBLISH JUGAAAAA
    SENAAAAAAAANG

    akhirnya serem Kak wkwkwkkwkwk
    jadi pelaku pembunuhan berantai mutilasi pula wkwkkwk 16 korban pula wkwkkkwkwk
    tapi setuju sih, gak mungkin “pride” itu ilang dari hidup manusia
    karena gimana pun juga peran “pride” tuh emang sangat gede di hidup manusia (bahkan untuk bikin manusia mempertahankan hidup dan kewarasannya sendiri)

    terus
    CIAAAAAAAAAAAA
    SKRIPSINYA UDAH JADIIIIIIIIIII
    SEMOGA SIDANGNYA NANTI LANCAR KAK!!!
    (sends love to Kak Amer)
    ❤❤❤

    Like

    • Akhirnya aku sadar kalau seriesnya uda setengah jalan tapi blm ada profil HAHAHA untung inget ya :”

      Yep itu ulahnya si wrath… begitu disuruh pride yg kejem… ya beneran kejemnya nggak pake tanggung2… kita suka sih main darah (?) /salah

      Yap setujuuu, pride meskipun suka koplak gitu (krn yg meranin namjoon) sebenernya dibutuhin… well semua elemen dari seven sins ini ada gunanya kok asal ga berlebihan hehe

      YAP AKHIRNYAAA cuma ternyata belajar buat sidang lebih susah ya baru mulai aja aku uda mau menyerah /plak/ jadi pengen skripsian lagi aja…. /salah

      Anw makasih ya yasmin!! Dan makasih juga doanyaa!! ♡♡♡

      Liked by 1 person

  3. aku kira nih awalnya, bakalan cerita soal perdebatan yg berujung kebakaran di 2 club antara Namjoon, Jimin sama Minha 😂😂 /penasaran soalnya/ /lalu dibakar sama Park Siblings/
    ehh ternyataa, beda cerita 😁😁

    emang iya ya, kalo manusia itu tuh ga pernah jauh dari sombong. entah gimanapun dan kayak apapun /halah, bingung ngomongnya/

    namanya juga perwujudan sombong ya, jadi kalo nyuruh mah seenak jidat ga pake ‘minta tolong’, hmm..
    tapi beneran deh kak, adegan berdarahnya kurang banyakkk😂😂 aku mah suka darah² muncrat gitu 😈😈

    wahh bakalan suueeruu banget kali ya, kalo semuanya beneran ikut terlibat dlm satu kerusuhan.. ancurr kali musuhnya😈😈

    ciee yg mau tuntas masa kuliahnyaaa ..😄😄
    semoga dilancarkan semuanya laahh..
    semangaaatt !!! 😀😀💚💚

    Like

    • sebenernya itu cuma selingan, gara2nya park sibs main ke club tapi di sana digodain manusia, terus ngamuk (namanya juga wrath) dan sampe pindah club juga ujung2nya malah rusuh bikin kebakaran XDD

      yep… pride ini jenis pemimpin minta dikeplak, tapi karena dia emang tanggung jawab sebenernya (cuma caranya itu yg ngeselin) yaudah mau gimana lagi (??)
      hehe aku lemah kalau nulis darah2 muncrat (?) kalo baca suka giliran nulis mual… aneh emang…..

      makasih ya zaa!! 😀

      Liked by 1 person

Leave a comment